Januari 16, 2010

EFUSI PLEURA

A. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
B. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
* Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
* Penurunan tekanan osmotic koloid darah
* Peningkatan tekanan negative intrapleural
* Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
H. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Fibrosis paru
3. Pneumotorak
4. Emfisema
5. ArelektasisI.
F. Diagnosa Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium (analisis cairan efusi yang di thorakosentesis)
2. Pemeriksaan radiology
Foto toraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah ciran efusi lebih dari 300 ml, pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
3. CT scan dada akan terlihat adnaya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya.
4. Ultra sono grafi pada pleura dapat menentukan adnaya cairan rongga pleura.
5. Bronkoskopi pada kasus-kasus neoplasma, korpus aleunum dan abses paru.
6. Thorakoskopi (tiber optic pleura) pada kasus dengan neoplasma tuberculosis pleura.
7. Biopsi pleura.
C. Tanda dan Gejala
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena* pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan* nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
* Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,* karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup* timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
* Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
C. Klasifikasi efusi pleura berdasarkan cairan yang terbentuk (Suzanue C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
1. Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik. Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.
2. Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif. TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.
D. Patofisiologi
Perubahan pergerakan cairan ke dalam dan keluar rongga pleura disebabkan adanya ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic dalam permukaan kapiler dan pleura.
Perbedaan antara eksudat dan transudat didasarkan pada isi proteinnya trasudat (hidrotoraks) diproduksi ketika cairan yang bebas protein mengalir dalam rongga pleura menjadi terganggu. Cairan tampak jerniah atau kuning pucat. Berat jenis 1,015 atau kurang dengan kandungan protein normal kurang dari 3 gr/dl, hitung jenis sel darah. Peningkatan tekanan kapiler pada gagal jantung dan pengurangan tekanan onkotik plasma dalam ginjal atau penyakit hepar telah diketahui menyebabkan cairan transudat.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
- Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
* Identifikasi etiologi atau factor pencetus
* Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
* Auskultasi bunyi napas
* Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.
* Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur
* Bila selang dada dipasang :
a. periksa pengontrol penghisap, batas cairan
b. Observasi gelembung udara botol penampung
c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
e. Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
* Berikan oksigen melalui kanul/masker
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
- Pasien tampak tenang
Intervensi :
* Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
* Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
* Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
* Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri
* Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
- Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
- Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
* Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan
* Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
* Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan
* Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang
* Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman tentang masalahnya
- Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
* Kaji pemahaman klien tentang masalahnya
* Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang
* Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan
* Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan klien
* Berikan reinforcement atas usaha yang telah dilakukan klien .
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999.
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997.
Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth's, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar